Aceh memiiki ragam budaya yang hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakatnya. Ada banyak kegiatan budaya yang ditampilkan oleh masyarakat mulai dari musik, tari, syair dan lainnya.
Musik dalam ragam budaya Aceh memiliki ciri khasnya sendiri. Misalnya musik-musik yang digunakan untuk mengiringi tari-tari adat Aceh ataupun lagu dan syair khas Aceh. Alunan nada yang dihasilkan oleh alat musik khas Aceh pula, membuat tarian-tarian dan lagu yang ditampilkan menjadi lebih berwarna.
Sejarah Serune Kalee dan Perkembangannya
Banyak musik khas Aceh dimainkan dengan alat-alat musik khusus yang merupakan budaya Aceh sendiri. Salah satu alat musik yang kerap digunakan dalam musik-musik adat aceh adalah Seurune Kalee.
Seurune Kalee adalah jenis alat musik tiup yang telah lama berkembang dan digunakan oleh masyarakat Aceh untuk pertunjukan seni dan budaya.
Baca Juga : Kupiah Meukeutop yang Legendaris dari Aceh
Nama Seurune Kalee terdiri dari kata Seurune yakni merujuk pada instrumen musik tiup tradisional Aceh sejenis seruling, sedangkan Kalee merupakan nama sebuah desa di Laweung, Kabupaten Pidie.
Meskipun jika dilihat dari namanya, alat musik diyakini berasal di kabupaten Pidie, namun alat musik ini sangat populer di ditemukan di berbagai daerah lain di Aceh seperti di kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya.
Fidaus Burhan, seorang budayawan menyatakan Seurune Kalee tidak hanya digunakan oleh masysarakat Aceh, namun juga masyarakat Minangkabau, Agam dan beberapa daerah lain di Sumatera Barat. Bahkan ia menyebutkan alat musik ini juga ditemukan di Thailand, Srilanka dan Malaysia.
Meskipun daerah-daerah tersebut memberi berbagai macam variasi pada alat musik tersebut sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam untuk masing-masing daerah.
Namun, masih menurut Firdaus Burhan, diantara beberapa variasi Seurune tersebut, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi, volume suara, dinamika suaranya.
Seurune Kalee telah ada sejak islam masuk ke Aceh. Alat ini diyakinii awalnya berasal dari daerah-daerah lain yang dibawa oleh pedagang dari negara lain pada zaman Kerajaan Samudera Pasai ataupun Kesultanan Aceh Darussalam.
Penggunaan Alat Musik Seurune Kalee dan Pemanfaatannya
Seurune Kalee telah berkembang seiringnya perkembangan sejarah Islam di Aceh.
Alat musik ini juga telah menjadi bagian dari situs-situs kebudayaan Aceh yang terus dilestarikan hingga dalam detik ini. Pada tahun 2010, Kemendikubud menjadikan alat musik ini sebagai warisan budaya tak benda dari Aceh.
Meski nilai-nilai budaya semakin pudar di dalam kehidupan masyarakat, Seurune Kalee masih menjadi salah satu alat musik yang paling dikenal di Aceh. Alat musik ini masih sering diigunakan di kegiatan kebudayaan Aceh.
Hampir semua iringan alunan nada yang digunakan untuk pertunjukkan budaya Aceh menggunakan Seurune Kalee. Mulai dari tari, nyanyian, syair dan lainnya.
Biasanya alat musik ini dimainkan dengan alat musik budaya Aceh lainnya, yaitu Rapai dan Geundrang, yang mana setiap para pemain dari alat musik ini akan menggunakan baju adat Aceh.
Seurune Kalee memiliki bentuk yang sangat unik, dengan bentuk pangkal peniupnya ramping dan semakin melebar di bagian ujungnya.
Baca Juga : Tari Seudati dan Semangat Perjuangan Aceh
Alat musik ini berbahan dasar kayu, terdapat 6 lubang nada interval dan 1 lubang dibawahnya yang menjadi terciptanya suara khas.
Selain menghasilkan suara yang khas, Serune Kalee juga memiliki ukiran dan hiasan pada bagian tubuhnya yang diperoleh dari tembaga.
Tidak hanya menjadikannya hiasan saja, lapisan tembaga tersebut juga berfungsi sebagai pengamanan dari kemungkinan retak atau pecah pada saat dimainkan.