Kekuatan Samudera Pasai di Era Sultan Malikussaleh

Menurut catatan Marco Polo, seorang penjelajah dunia asal Venezia, Italia, yang pernah berkunjung ke wilayah Kesultanan Samudera Pasai di tahun 1292 masehi, menyebutkan ia melihat keberadaan sebuah kerajaan Islam yang sangat berkembang pada saat itu. Ia menyebut Sultan Malikussaleh adalah seorang raja yang kuat.

Dalam catatannya juga, Marco Polo menyebutkan Kesultanan Samudera Pasai memiliki sebuah bandar dagang yang besar dan ramai di Selat Malaka pada saat itu.

Sebagai kerajaan yang berpengaruh, Samudera Pasai menjalin hubungan dagang dengan penguasa negara lain seperti Champa, India, Cina, Majapahit dan Malaka. Masih menurut Marco Polo, Sultan Malikussaleh sangat menghormati Kubilai Khan, seorang penguasa terkenal dari Mongolia, salah satu Kerajaan paling kuat pada masanya yang berasal dari China.

Pada saat itu, Samudera Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Pedagang-pedagang dari Pulau Jawa diberi kedudukan istimewa di Samudera Pasai, mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.

Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai terus berkembang menjadi Kerajaan yang berpengaruh.

Menjadikan Samudera Pasai Sebagai Pusat Peradaban Islam Pertama di Nusantara

Selain sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga menjadi pusat peradaban Islam di Nusantara. 

Sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai berperan dalam mengembangkan dan menyebar agama Islam di Nusantara. Hal itu dibuktikan dengan kebijakan Sultan Malikussaleh yang mengirim para ulama untuk menyebarkan Islam ke Pulau Jawa. 

Bukti pengaruh Kesultanan Samudera Pasai dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa salah satunya dapat dilihat dari sejarah dan latar belakang kehadiran para Wali Songo.

Sunan Kalijaga misalnya, disebut memperistri putri Maulana Ishaq, seorang Sultan dari Kesultanan Samudera Pasai,  Dewi Saroh anak dari Maulana Ishaq yang kemudian dikaruniai anak bernama Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati yang kemudian dikenal dengan Fatahillah.

Akhir Perjalanan Sultan Malikussaleh

Sultan Malikussaleh semasa hidupnya telah berhasil menyebarkan dasar-dasar Islam ke masyarakat, ia  juga meletakkan dasar-dasar kekuasaan Samudera Pasai dan mengembangkan perdagangan yang kemudian diteruskan oleh penerusnya.

Baca Juga : Ratu Safiatuddin, Pembawa Ilmu Pengetahuan Merekah Aceh Darussalam

Ia dinyatakan wafat pada tahun 1927 masehi, makamnya saat ini berada komplek makam Kesultanan Samudera Pasai, di Gampong Beuringin, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Aceh.

Ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad atau Malik Al Tahir. 

Berkat perjuangannya pada saat itu, namanya sampai saat ini masih dikenal oleh masyarakat Aceh.  

Namanya diabadikan sebagai dua buah kampus di Aceh, yaitu Universitas Malikussaleh dan Institut Agama Islam Negeri Malikussaleh. Sebuah bandar udara di Aceh Utara juga dinamakan berdasarkan namanya, Bandar Udara Sultan Malikussaleh.