Ia bernama asli Meurah Silu, lahir di Nagur, Tanah Gayo pada sekitar abad ke 13 masehi. Dari namanya, Meurah, kita tahu bahwa ia merupakan keturunan raja yang ada di Aceh saat itu.

Ia disebut sebagai keturunan dari Sukee Imum Peuet, putra dari Meurah Gajah dan Putri Betong.

Sukee Imum Peuet sendiri adalah sebutan kepada empat keturunan raja yang saat itu menyebar ke berbagai wilayah di Aceh untuk mendirikan dan memimpin kerajaan-kerajaan yang ada di Aceh sebelum era peradaban islam masuk ke Aceh.

Kerajaan-kerajaan itu adalah Kerajaan Peureulak di Aceh Timur, Kerajaan Jeumpa di Bireuen, Kerajaan Sama Indra di Pidie dan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar. 

Kerajaan Pasai, sama seperti kerajaan lain yang ada di Aceh saat itu, merupakan kerajaan Hindu. 

Menjadi Sultan Pertama Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Kondisi strategis Pasai yang berada berada di wilayah pesisir utara pulau Sumatera dan bersinggungan langsung dengan Selat Malaka, membuatnya menjadi wilayah yang strategis untuk perdagangan.

Kondisi ini yang membuat Nazimuddin Al-Kamil, seorang laksamana laut dari Dinasti Fatimiyah di Mesir berniat untuk menaklukan kerajaan-kerajaan hindu-buddha yang berada di Aceh saat itu. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Pasai pada tahun 1128 masehi.

Baca Juga : Iskandar Tsani, Sultan Aceh Darussalam dari Tanah Melayu

Alasan Dinasti Fatimiyah melakukan penaklukan terhadap Pasai sendiri adalah karena memang ingin menguasai bandar dagang yang saat itu sangat ramai di Selat Malaka.

Setelah Nazimuddin Al-Kamil wafat dan Kerajaan Pasai dikuasai oleh Laksamana Johan Jani, Dinasti Mamaluk yang menggantikan Dinasti Fatimiyah berniat untuk merebut kerajaan tersebut. 

Mereka kemudian mengutus pendakwah bernama Syekh Ismail dan Fakir Muhammad yang sebelumnya berdakwah di Pantai Barat India untuk ke bergerak ke Pasai. Di Pasai, saat itulah, kedua pendakwah tersebut bertemu dengan Meurah Silu.

Meurah Silu pada saat itu merupakan salah seorang angkatan perang dari Kerajaan Pasai.

Dalam upaya untuk merebut bandar dagang di daerah Pasai guna menguasai perdagangan di Selat Malaka, kedua pendakwah tersebut mendirikan sebuah kerajaan tandingan dari Kerajaan Pasai, bernama Kerajaan Samudera.

Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad, dengan dakwahnya, kemudian berhasil membujuk Marah Silu untuk memeluk Islam dan kemudian mengangkatnya menjadi Sultan menjadi raja pertama Kerajaan Samudera. Ia kemudian diberi gelar Sultan Malik As-Salih atau Sultan Malikussaleh.

Sultan Malikussaleh sendiri kemudian menikah dengan putri Ganggang Sari, seorang Putri keturunan Kerajaan Peurlak. Akibat pernikahan ini, Sultan Malikussaleh kemudian menggabungkan Kerajaan Samudera dengan Kerajaan Peurlak, dan mengubah namanya menjadi Kerajaan Samudera Pasai atau Kesultanan Samudera Pasai.