Sepak bola modern melahirkan banyak strategi menarik yang hingga kini masih digunakan. Salah satu pelopornya adalah Johan Cruyff, seorang pesepakbola jenius dari Belanda.

Bicara soal sepak bola modern pasti tak bisa jauh dari berbagai strategi dan taktik baik. Satu yang terus berkembang hingga melegenda sampai saat ini adalah strategi total football.

Strategi total football yang melegenda itu berawal di tahun 1920-an di tanah Eropa. Divisualisasikan pertama kali oleh Jack Reynolds selaku manajer Ajax Amsterdam, konsep total football terus dikembangkan hingga akhirnya dipopulerkan oleh seorang pelatih Ajax Amsterdam bernama Rinus Michels.

Baca Juga : Ferenc Puskas, Legenda Real Madrid dari Hungaria

Meski demikian, total football baru mulai menggemparkan dunia sepak bola di era 1970-an. Hal ini dikarenakan adanya strategi tersebut yang sukses membuat Ajax Amsterdam meraih juara Liga Champions musim 1970-1971.

Tak hanya itu, Barcelona pun berhasil menjadi juara Liga Spanyol musim 1973-1974 berkat strategi total football. Tak lupa, Copa del Rey mengikuti jejak sebagai juara Spanyol musim 1977-1978 berkat total football bagi Barcelona.

Pertanyaannya… apakah total football benar-benar strategi yang efektif untuk sepakbola modern ? 

Dalam penggunaan strategi total football, para pemain akan selalu berusaha ‘menusuk’ lawan dalam keadaan diserang maupun menyerang, dalam hal ini pemain akan berperan sebagai attacker dan juga defender.

Para pemain akan terus melakukan serangan dengan mengandalkan kemampuan sayap kiri dan kanan, serta menggunakan skema 4-4-2, 4-4-3, maupun 4-5-1. Oper-operan pendek wajib dilakukan sehingga pemain dituntut memiliki stamina yang tinggi. 

Intinya para pemain bisa bergerak bebas kemanapun dengan mengisi peran satu sama lain, sambil terus menekan pemain lawan yang sedang menguasai bola.

Johan Cruyff seringkali disebut-sebut sebagai aktor utama yang berhasil mewujudkan taktik total football dengan sempurna.

Mulanya, Cruyff berperan sebagai seorang penyerang tengah dalam tim, namun berkat adanya total football, Cruyff bebas bergerak kemanapun. Cruyff juga mengambil peran satu ke peran lainnya secara bebas sesuai yang dibutuhkan timnya, yang lebih menakjubkan, Cruyff mampu melakukan semua peran tersebut dengan cara yang sama hebatnya.

Totalitasnya dalam memainkan berbagai peran tersebut nyatanya sukses besar, dalam ajang Piala Dunia 1974, Cruyff bersama Timnas Belanda menerapkan taktik total football hingga mencapai babak final.

Dalam perjalanan tersebut, Timnas Belanda tak pernah mengalami satu kali pun kebobolan gol dari lawan. Penampilannya sukses membuat banyak penonton terkesan, sehingga tak heran jika penghargaan pemain terbaik Golden Ball dianugerahkan kepadanya.

Strategi total football tak hanya Cruyff terapkan saat menjadi pemain. Begitu pensiun sebagai pemain, Cruyff memutuskan untuk mengganti perannya menjadi pelatih sepak bola. Ajax dan Barcelona adalah dua tim yang pernah dilatihnya. Saat menjadi pelatih, Cruyff disebut-sebut sebagai pelopor dari permainan sepak bola modern.

Baca Juga : Bobby Charlton, Manchester United dan Tragedi Munich

Sama seperti saat masih menjadi pemain, Cruyff terus berupaya membuat strategi terbaik untuk timnya dengan total football

Terpantau saat melatih Ajax, ia menggunakan strategi 3-4-3 yang merupakan modifikasi 4-3-3 sistem Ajax terdahulu. Cruyff yakin strategi barunya pasti berhasil mengingat saat itu Ajax memiliki Dennis Bergkamp dan Marco Van Basten. Terbukti, piala Eredivisie dan piala Winners berhasil dibawanya pulang untuk Ajax.

Sama halnya dengan Ajax, Cruyff juga berhasil membuat tim Barcelona mencapai keberhasilan dengan strategi ini. Tak heran jika gelar La Liga 1990, Liga Champions 1992, dan Piala Super Eropa berhasil dimenangkannya. Strategi ciamiknya ini pun diturunkan kepada para pelatih Barcelona selanjutnya, seperti Ronald Koeman, Pep Guardiola, dan juga Ernesto Valverde.

Tak hanya total football, Cruyff juga dikenal dengan gaya permainan tiki-taka saat bergabung sebagai pelatih Barcelona.

Tiki-taka adalah adaptasi dari total football yang menitikberatkan permainan pada penguasaan bola. Di sini, para pemain secara konstan akan bertukar posisi disertai dengan aliran bola yang cepat. Cara ini dipercaya mampu memecah konsentrasi lawan saat melakukan marking. Di saat yang bersamaan, pemain akan menyerang area pertahanan lawan.

Di Barcelona inilah ia mulai mempraktikan strategi tiki-taka pada Pep Guardiola dan pesepakbola lainnya. Berkatnya, Barcelona berhasil meraih empat trofi La Liga dan satu trofi Liga Champions dalam kurun waktu 1988-1996.

Strategi ini kemudian diadopsi oleh Pep Guardiola yang beralih menjadi pelatih Barcelona pada tahun 2008-2012. 14 gelar juara domestik maupun internasional pun berhasil dibawa pulang.

24 Maret 2016 lalu Cruyff menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan kanker paru-parunya. Meski demikian, namanya selalu dikenang oleh para pecinta sepak bola dari berbagai belahan dunia.

Baca Juga : Ricardo Kaka dan Rasa Syukur

Hal ini dikarenakan julukan yang terus melekat dalam namanya. ‘Bintang besar sepak bola pertama yang berasal dari Eropa’, kata orang-orang.

Cruyff mampu membuktikan ia berhasil menjadi pemain sekaligus pelatih terbaik pada masanya. Berkatnya, Belanda dikenal sebagai negara dengan permainan sepak bola yang begitu cantik di atas lapangan. Namanya pun seringkali disandingkan dengan pemain hebat lainnya seperti Diego Maradona dan Pele.

Meskipun kini sudah tak lagi ada di dunia, namun nama Cruyff akan selalu dikenang sebagai revolusioner sepakbola yang melegenda.