Julukan Pancho dan Canoncito pum melekat di namanya. Di Real Madrid, 242 gol berhasil ia cetak dari 262 pertandingan yang dilakoninya.
Meskipun bergabung bersama Real Madrid di usia yang sudah cukup berumur, ia justru berhasil menjadi salah satu legenda yang sampai saat ini masih dikenang oleh para penggemar Real Madrid.
Ia adalah Ferenc Puskas, seorang pesepakbola asal Hungaria yang juga membela tim nasional sepakbola Spanyol.
Perjalanan dan Keberhasilan Puskas Menjadi Bintang Real Madrid
Nama Ferenc Puskas memang tak bisa lepas dari keberhasilan Real Madrid dalam dunia sepak bola. Bergabung saat usianya menginjak 31 tahun, Puskas berhasil membuktikan diri sebagai penyerang terbaik Real Madrid di era tahun 1950 sampai 1960-an.
Hadirnya Puskas semakin melengkapi kekuatan Real Madrid yang saat itu beranggotakan Alfredo Di Stefano, Hector Rial, Raymond Kopa, Paco Gento, Jose Santamaria, dan Rogelio Dominguez.
Secara fisik, Puskas memiliki perawakan yang tak sama seperti pemain sepak bola pada umumnya. Ia hanya memiliki tinggi badan 172 cm, bukan tinggi yang ideal untuk ukuran seorang pesepakbola Eropa.
Badannya terbilang gemuk. Namun itu semua tidak menjadi penghalang bagi Puskas untuk beraksi di atas lapangan hijau. Don’t judge a book by its cover.
Puskas justru dikenal sebagai pemain yang punya kecepatan dan agresivitas yang tinggi. Tak heran jika pada akhirnya Puskas berhasil mencetak banyak gol selama berkarier di dunia sepakbola.
Perjalanan menarik Puskas di dunia sepakbola terjadi di tahun 1956. Saat itu, ia meninggalkan negaranya saat terjadi Revolusi Hungaria.
Puskas yang sedang melakukan tur mancanegara bersama Budapest Honved FC, nekat memilih untuk tidak pulang. Dari Spanyol ia pergi ke Italia, lalu lanjut ke Portugal. Pilihannya berakhir saat Puskas memutuskan mencari klub baru di Italia.
Apa yang dilakukan Puskas dianggap tak menghormati kontraknya dengan Budapest Honved FC dan bertentangan dengan peraturan UEFA.
Ia pun mendapatkan larangan untuk melakukan pertandingan selama dua tahun. Karier Puskas nyaris tamat, tak ada klub yang mau menerimanya dengan konsekuensi tersebut. Belum lagi usianya yang akan menginjak 31 tahun, jelas bukan usia muda untuk pemain sepak bola.
Puskas kemudian memilih untuk hidup seadanya dan pasrah dengan keadaan. Seperti mayat hidup, Puskas menjalani hidupnya tanpa semangat hingga akhirnya lemak tertimbun di tubuhnya. Jika sudah seperti ini, klub mana lagi yang mau menerima Puskas?
Nyatanya, nasib buruk tak selamanya berpihak pada Puskas. Santiago Bernabeu, boss dari Real Madrid, tiba-tiba mengulurkan tangannya pada Puskas dan menawarinya $100.000 untuk bermain di Real Madrid.
Dengan kondisi fisiknya yang seperti itu, Puskas jelas tak percaya diri dengan tawaran yang ada. Bernabeu tak peduli dengan pendapat Puskas, ia hanya ingin Puskas kembali bugar dan segera bermain di Real Madrid.
Tak ingin mengecewakan harapan Bernabeu, Puskas pun langsung berlatih giat agar tubuhnya kembali ideal dan langsung bergabung dengan Real Madrid.
Kehadiran Puskas memang membuat Real Madrid mencapai masa keemasannya. Bersama para pemain bintang lainnya, Puskas sukses meraih 3 trofi European Cup dan 5 trofi Liga Champions secara beruntun. Pencapaian yang sangat menakjubkan, yang bahkan belum bisa ditandingi hingga saat ini.
Saat itu, Real Madrid memang lebih sering menerapkan formasi 3-2-2-3 atau 3-2-5. Biasanya posisi penyerang tengah akan ditempati oleh Alfredo Di Stefano, sedangkan Paco Gento akan berada di kiri.
Sementara itu Puskas akan berada di belakang Alfredo Di Stefano. Trisula Real Madrid ini selalu sukses membuat lawan ketar-ketir.
Salah satu bukti nyata kehebatan trisula ini adalah saat Real Madrid berhadapan dengan Eintracht Frankfurt dalam final Liga Champions yang berlangsung pada 18 Mei 1960 lalu.
Pertandingan ini digadang-gadang sebagai salah satu pertandingan terbaik sepanjang masa, yang disaksikan oleh 127.000 penonton.
Puskas, Di Stefano, dan Gento berhasil menunjukkan penampilan terbaiknya dengan skor akhir 7-3 yang dibawa pulang oleh Real Madrid. Gol tersebut adalah hasil hat-trick dari Di Stefano, serta quat-trick dari Puskas.
Sementara itu, Gento hadir sebagai pengemas asis untuk Puskas dan Di Stefano. Keberhasilan trio penyerang ini memang membuat nama Puskas, Gento, dan Di Stefano dinobatkan sebagai trisula striker terbaik Liga Champions musim 1959/1960.
Sepanjang kariernya di Real Madrid, Puskas memang selalu berusaha memberikan penampilan dan kemenangan terbaiknya.
Selain Liga Champions dan European Cup, Puskas juga membawa pulang satu Copa del Rey dan satu Piala Intercontinental. Di musim terakhirnya tahun 1966 lalu, Puskas memutuskan untuk pensiun.
Awal Perjalanan Karir Puskas Sebagai Pesepakbola
Jika kita flashback ke masa lalu, Puskas sebenarnya memulai kariernya di Hungaria, atau lebih tepatnya di ibukota Hungaria yaitu Budapest.
Budapest Honved FC pun menjadi klub yang berhasil membesarkan namanya sejak awal mula bergabung di tahun 1943. Di klub ini, Puskas melakoni 349 pertandingan yang membuatnya berhasil mencetak 358. Ia kemudian keluar dari Budapest Honved FC pada tahun 1956.
Tak hanya fokus berkarier di Budapest Honvéd FC, Puskas juga melakoni kariernya di Timnas Hungaria.
Sepanjang kariernya, ia berhasil mencetak 84 gol dan membawa pulang medali emas pada Olimpiade 1952. Tahun 1945 hingga 1956 pun menjadi masa-masa emas Puskas berkarier sebagai anggota Timnas Hungaria.
Puskas berhasil membuktikan kehebatannya bukan hanya sebagai pemain, namun juga sebagai pemimpin Timnas Hungaria.
Gaya kepemimpinannya memang terbilang tegas. Ia tak sungkan untuk berteriak keras di lapangan jika ada anggotanya yang melakukan kesalahan. Bahkan Puskas dengan keras kepalanya akan mengabaikan perintah dari pelatihnya dan memilih untuk menyampaikan pemikirannya saat itu juga.
Karena kemampuannya, rekan-rekannya pun lebih memilih untuk mempercayai Puskas dibandingkan sang pelatih.
Satu momen paling diingat adalah saat Puskas menemani Timnas Hungaria melawan Inggris di Stadion Wembley pada 25 November 1953. Saat itu, sebagian besar pemain Hungaria terlihat takut dan tak percaya diri.
Mereka banyak menghabiskan waktu dengan cara berdiam diri dalam perjalanan ke Stadion Wembley.
Melihat hal itu, Puskas mencoba mengembalikan kepercayaan diri rekan-rekannya dengan cara menimang-nimang bola di tengah lapangan.
Aksi kapten Hungaria ini jelas mencuri perhatian 105.000 penonton yang memadati Stadion Wembley. Tak hanya itu, kepercayaan diri pemain Hungaria langsung naik sedangkan arogansi pemain Inggris seketika pudar.
Alhasil, Hungaria berhasil menang dengan skor 6-3 atas Inggris. Dua gol yang dicetaknya menjadi bukti bahwa Puskas sukses mengangkat moral Timnas Hungaria.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Puskas melanjutkan kariernya di Real Madrid pada tahun 1958.
Tak berhenti sampai situ saja, Puskas juga menjalani kariernya di Timnas Spanyol sejak tahun 1961. Tak seperti karier lainnya yang ciamik, di sini kemampuan Puskas justru melemah.
Setelah usianya memasuki 34 tahun, Puskas menjalani 4 pertandingan namun tak ada satupun gol yang berhasil ia cetak.
Saat akhirnya berusia 39 tahun, Puskas memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola. Namun, rupanya ia hanya pensiun sebagai pemain. Puskas melanjutkan kariernya sebagai pelatih di beberapa klub terkenal, terhitung mulai tahun 1967.
San Francisco Golden Gate Gales, Yunani Panathinaikos, Colo-Colo, Timnas Arab Saudi, South Melbourne Hellas, dan Timnas Hungaria adalah sejumlah nama klub yang dilatih oleh Puskas.
Untuk Yunani Panathinaikos, Puskas berhasil membawanya masuk ke babak final European Cup pada tahun 1971.
17 November 2006 lalu, Puskas menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya. Sebagai salah satu pesepak bola terbaik di dunia, Puskas mendapatkan penghormatan bak pahlawan yang dilakukan di Stadion Nasional.
Tak hanya itu, namanya juga diabadikan menjadi Stadion Puskas Ferenc yang terletak di Budapest, Hungaria.